Senin, 21 Maret 2011

ISTRI SHALEHA

Assalamu'alaikum,,,,


Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.



oOo

suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.



oOo

“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.


“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”

“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.



Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”

“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”

“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.



“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”



“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”

”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.



oOo

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.


“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.


Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.



“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”



Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…



Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.



“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”



Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits



“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah). oOo



“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.




Mudah-muahan dapat menjadi pelajaran untuk kita semua, terutama kita yg sudah berumah tangga yg mana pentingnya arti dari saling pengertian....:)

Wassalam,,,,

Jumat, 11 Maret 2011

Pentingnya Memahami Perkembangan Naluri Pada Anak

Home schooling hadir sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.

Dalam rubrik ini kita akan menghadirkan narasumber yang punya kompeten untuk membahas tentang pendidikan anak.

Bersama Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga.

Ustadzah, saat ini tidak sedikit orang tua yang kewalahan terhadap perilaku anaknya sendiri. Bahkan terkadang mereka sulit mengendalikan anak-anaknya ketika anak naka atau ngambek. Wajar nggak sih yang seperti ini?

Seharusnya orang tua adalah pengendali yang paling kuat bagi anaknya. Kalau kemudian ada kesulitan pengendalian dari orang tua, maka apalagi orang lain. Ketika orang tua tidak mampu lagi mengendalikan anaknya, sebenarnya ini koreksi juga bagi orang tua. Pasti ada masa dia tidak berinteraksi dengan anak. Pasti ada masa dia tidak mengenali tumbuh kembang anaknya. Mungkin ini karena orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan lain, sehingga tidak terlalu memperhatikan anak. Bisa saja ini tidak hanya terjadi pada ibu-ibu yang bekerja. Tetapi mungkin juga ibu-ibu yang banyak aktivitas sosial luar rumah, bahkan juga –bukan tidak mungkin—menimpa ibu-ibu yang sibu berdakwah keluar rumah. Ternyata anaknya sendiri tidak tertangani. Yang jelas, segala masalah yang menimpa anak, maka orang tua harus mengkoreksi dirinya terlebih dahulu.

Apa yang harus dilakukan orang tua agar bisa menangani anak-anaknya? Misalnya ada anak yang suka memukul, ada anak yang kalau keinginannya tidak terpenuhi langsung ngamuk, ada anak yang gampang menangis dan penakut, dll?

Orang tua harus memahami anak-anaknya. Anak-anak itu adalah manusia seperti kita. Hanya mereka masih kecil. Ada proses pembentukan potensi yang sedang tumbuh. Ada proses pembentukan dan pengembangan akalnya. Sebagaimana manusia normal, sebenarnya hidup itu selalu berawal dari upaya untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan manusia ada yang bersifat kebutuhan jasmani (fisik untuk bertahan hidup) yang ini seringkali tidak bermasalah dalam pemenuhannya. Kemudian kebutuhan naluri. Nah kebutuhan naluri ini yang biasanya memang sangat beragam pemenuhannya. Karena naluri itu distimulir dari luar. Ukurannya atau kadarnya tergantung kuat dan lemahnya rangsangan yang berasal dari luar diri manusia. Ada tiga penampakan naluri: (1) Tadayyun: kecenderungan untuk mengkultuskan atau mensucikan sesuatu—inilah yang menjadi dasar ketaatan atau ketundukan kepada Allah SWT (2) Baqa’: kecenderungan untuk mempertahankan diri/eksistensi diri. Penampakannya seperti rasa takut, marah, senang, sedih, suka memimpin, suka memiliki dll—Inilah dasar untuk menumbuhkan rasa percaya diri, rasa tanggungjawab dan kepemimpinan (3) Nau’: Kecenderungan untuk melestarikan keturunan, seperti rasa sayang kepada keluarga, cinta kepada lawan jenis—inilah potensi untuk menumbuhkan rasa kasih sayang. Seringkali ketidakfahaman terhadap naluri ini dan secara khusus perkembangannya pada anak yang menyebabkan salah penanganan. Bahkan terkadang orang tua memperlakukan anaknya tanpa memperhatikan usia. Padahal pada anak-anak, perbedaan bulan saja sudah terjadi perkembangan yang berbeda pada anak. Menangani anak usia 4 tahun sangat berbeda dengan menangani anak usia 6 tahun. Dengan demikian pada pendidikan anak usia dini, materi pelajaran yang diberikan harus sangat memperhatikan faktor ini.

Bagaimana memahami anak berdasarkan perkembangan usia?

Ini pertanyaan yang bagus bagi para orang tua, karena ini yang seringkali terjadi salah penanganan. Ada orangtua yang memperlakukan anak batita seperti anak besar. Ada yang memukul dan keras terhadap anaknya. Tetapi tidak jarang anak-anak yang sudah selayaknya didisiplinkan malah diperlakukan seperti balita. TIdak pernah dimarahi, akhirnya yang kerepotan justru orang tuanya sendiri. Kalau kita memahami perkembangan anak maka ada tahapan: Usia dini (0-6 tahun); Pra baligh (7-14 tahun); Baligh (di atas 15 tahun).Tahapan perkembangan naluri anak untuk usia sejak lahir hingga menjelang tamyiz (7 tahun) Ini masih dalam tahap memiliki hak sempurna untuk diperlakukan secara baik oleh yang lain (pelayanan dan perlindungan penuh).

Bagaimana mengarahkan anak-anak pada usia – menjelang tamyiz ini? Apakah sama kadarnya anak batita dengan balita atau dengan usia TK?

Kita memahami ini sebagai sebuah masa yang masih dalam tahap pelayanan. Tetapi kita juga harus mempersiapkan untuk mereka menghadapi tahapan yang lebih mandiri. Di sinilah harus ada upaya untuk mengarahkan naluri, agar ketika beralih masa, mereka sudah bisa mandiri. Penanganan ini secara rinci memperhatikan masing-masing naluri. Misalnya Naluri tadayyun: ditumbuhkan mulai dari pengakuan eksistensi Allah SWT sebagai Pencipta manusia & alam semesta, pengakuan dan kekaguman kepada sifat Maha Kuasanya Allah Swt, sampai munculnya rasa syukur terhadap setiap nikmat yang Allah Swt berikan kepada anak. Pada tahapan ini sudah dibiasakan mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah, seperti alhamdulillah, subhanallloh, dll. Selanjutnya merangsang munculnya rasa ketaatan kepada Allah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Naluri Baqa-: ditumbuhkan mulai dari (1) Memunculkan rasa aman dari segala gangguan agar tidak berkembang rasa takut terhadap sesuatu yang baru dikenalnya (2) Memunculkan rasa eksistensi dirinya mulai dari memanggil namanya dengan nama yg baik, memberikan julukan dengan profil tertentu (anak sholeh, anak pintar,dll), merangsang keinginannya untuk bermain bersama dengan saudaranya dan temannya, merangsang munculnya rasa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain, merangsang tanggung jawab menolak kezholiman dan membela kebenaran. Memunculkan rasa memiliki terhadap benda-benda yang menjadi kebutuhannya, rasa pemeliharaan terhadap benda-benda yang menjadi miliknya, membedakan mana yang menjadi milik sendiri dan mana yang menjadi milik orang lain. Bila ingin menggunakan milik orang lain harus ijin terlebih dahulu. Selanjutnya ditumbuhkan keridhoannya untuk selalu berbagi, mulai dari berbagi miliknya dengan saudaranya terlebih dahulu, selanjutnya dengan temannya. Naluri Na’u (1) Ditumbuhkan munculnya rasa sayang dan hormat kepada orang tua, saudara, kerabat dekat dengan cara orang tua memberikan contoh bentuk perlakuan sayang (ketulusan & keikhlasan dalam pelayanan) kepada anak sehingga anak dapat mencontohnya dan melakukan kepada orang lain. (2)Identifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan. (3)Identifikasi posisi anggota keluarga. (4) Pada tahap ini anak diajarkan ada kehidupan khusus orang tua (contoh harus mengetuk pintu/ ijin ketika mau masuk ke kamar orang tua) dan bagaimana menjalin hubungan dengan keluarga dan kerabat dekat (contoh silaturahmi)

sumber: mediaislamnet.com

semoga bermanfaat.

Sebuah Refleksi Tentang Kesombongan Anak Manusia

Aslamu'alaikum...


DALAM kitab suci Al-Qur’an disitu dikisahkan bahwasannya perbuatan dosa pertama yang dilakukan oleh makhluk terhadap Khaliknya adalah sifat sombong atau arogan, hal itu dapat kita lihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 34, dimana pada saat itu Allah menyuruh semua makhluk ciptaan-Nya untuk “bersujud” kepada Adam; seorang anak manusia yang baru pertama diciptakan, semua makhluk bersujud kecuali Iblis. Ketidakpatuhan ini didasarkan atas keangkuhan dirinya yang menganggap bahwa dia lebih mulia dari makhluk sejenis manusia, dan masih menurutnya bahwa api lebih mulia kedudukannya dibandingkan dengan tanah, maka atas dasar ‘dalil’ tersebut pantang bagi Iblis untuk bersujud kepada Adam. Oleh karena itulah Allah mengusir Iblis dari taman surga dan memvonisnya sebagai penghuni neraka untuk selama-lamanya.


Penggalan kisah diatas merupakan sejarah yang memiliki makna mendalam, seperti halnya sejarah yang silih berganti terjadi, dan bahwa realita memberi bukti bahwasannya sejarah akan kembali terulang namun tentunya dengan pelaku, tempat serta waktu yang berbeda; Dejavu. Dalam perjalanan hidup manusia nyata-nyata sifat sombong menjadi pemicu kerusakan di muka bumi ini, sebuah hadist mengatakan : “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada perasaan sombong walaupun hanya sebesar debu”. Hadist tersebut seakan hendak memperingatkan kepada kita bahwa kesombongan akan merugikan diri, mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa pada jaman nabi dahulu, Qorun misalnya, seorang manusia yang sangat kaya dengan bergudang-gudang kekayaan, tumpukan hartanya merupakan simbol dari kesuksesannya, sehingga dengan begitu angkuh dia mengatakan bahwa segala apa yang telah didapatkannya adalah karena usaha dia semata-mata, dia menyangsikan Allah yang maha kaya, karena kesombongannya itulah Tuhan membenamkan dia bersama seluruh hartanya ke dasar bumi untuk selama-lamanya.


Pun halnya dengan Raja Fir’aun atau Pharao Rhamses II, yang dengan sungguh sangat sombong menobatkan diri sebagai raja diraja Tuhan manusia, seorang pendewa tahta dan kekuasaan yang lupa pada hakekat diri yang sesungguhnya, karena keangkuhannyalah dia tenggelam kedasar samudera yang kelam, seorang “Tuhan” tenggelam, sungguh menghinakan bukan !.


Bumi pun berputar dan waktu terus berlalu, dunia pun kini telah memasuki babak baru; era modernisasi. Namun sifat sombong seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri, kesombongan individual maupun kesombongan konstitusional telah menciptakan berbagai kehancuran dimuka bumi ini. Perang Dunia II misalnya, berapa taksiran kerugian materil dan immateriil yang diakibatkan, jutaan bahkan ratusan juta nyawa manusia mati sia-sia, berbagai infra struktur hancur luluh lantak. Padahal itu semua diakibatkan oleh ulah segelintir orang sombong yang memiliki kepentingan pribadi atau golongan, sebutlah segelintir orang-orang itu Bennito Mussolini, Josef Stalin, Lenin, Mao Tse Tung, Pol Pot, atau Adolf Hitler. Lantas apa yang kemudian mereka dapatkan setelah itu, hanyalah segudang penghinaan dari generasi selanjutnya sebagai penjahat perang yang tak berprikemanusiaan dan haus darah; mereka mati tanpa kehormatan yang dulu menjadi simbol eksistensinya.


Lalu, siapakah penerus mereka di era milenium dewasa ini, dengan kata lain siapa orang tersombong selanjutnya diatas alam fana ini. Agaknya kita sepakat untuk mengalamatkan julukan ini kepada seorang cowboy Texas bernama George Walker Bush. Siapakah Bush ?, dia hanyalah seorang mantan alkoholik dan pemakai madat yang gagal menjadi juragan minyak. Namun karena hegemoni ayahnya dia naik tahta menjadi orang nomor satu di Amerika bahkan mungkin di dunia.


“Like Father Like Son” atau “Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya” agaknya pepatah-pepatah itu sangat pas dialamatkan kepada kedua Bush ini. Masih tersimpan dalam ingatan kita 11 tahun silam, saat Bush senior dengan langkah arogan mengusir pasukan Saddam Hussein untuk keluar dari Kuwait. Saat itu dunia “setuju” karena Saddam dinilai telah menginvasi negeri jirannya itu. Karena ulah kesombongan pemimpinnya itu rakyat Irak harus hidup menderita selama bertahun-tahun dibawah embargo ekonomi PBB.


Sejarah pun terulang, Bush junior mulai lantang menunjukkan arogansi individual serta arogansi konstitusionalnya secara terang-terangan kepada dunia, ini semua dimulai dengan peristiwa 11 September 2001, ketika simbol prestisius Paman Sam luluh rantak, Amerika marah besar, malu dan merasa terhinakan, tak ada kata lain selain balas dendam, maka ditentukanlah target sasarannya, yakni TERORISME !, apa terorisme dan siapakah para teroris itu ?, sampai detik ini tak ada acuan baku yang mengartikan makna terorisme baik secara terminologis maupun etimlogis yang universal, maka jadilah arti terorisme itu hanya untuk Amerika sendiri. Maka dengan berlencana-kan polisi dunia dan berbendera-kan perdamaian dunia, Amerika melalui tangan Bush menabuh genderang perang keseluruh penjuru raya, dan mulailah agenda balas dendam yang sarat kesombongan itu direka.


Korban pertama adalah negeri miskin kering kerontang Afghanistan, Amerika mentasbih pemerintahan berkuasa di Afganistan yakni Taliban melindungi pelaku 11 September yakni Usamah Bin Ladin, sebuah hipotesa yang terlalu tergesa-gesa dan minim fakta. Namun Amerika tetap yakin bahwa Usamah pelaku teror itu, sehingga perangpun digelar di tanah para mujahidin itu.


Lihatlah bagaimana sombongnya seorang anak manusia bernama Bush yang mengatakan “Ikut Amerika atau ikut teroris”, tak pelak lagi kritik pedas pun mengalir padanya. Seorang pengamat strategi Uni Emirat Arab, Mayjen Yassin Smeid misalnya, dia mengatakan Bush tak ubahnya dengan Hitler dengan pernyataan tersebut, karena hanya ada dua pimpinan negara yang mengatakan hal itu di dunia, yakni George Walker Bush dan Adolf Hitler.


Tak sampai hitungan bulan, Taliban pun jatuh, Amerika “menang”, meskipun buruannya hingga saat ini seolah ditelan bumi menjadi misteri. Namun rupanya Bush seorang vampir haus darah, belum kering darah yang mengalir di tanah Afghanistan, kini dia mengincar target selanjutnya yang tak lain adalah musuh bapaknya dulu, yakni negeri 1001 malam Irak, dimana Saddam Hussein masih berkuasa di sana. Bush geram, Amerika pun kembali membuat skenario, mulai dari masalah kepemilikan senjata pemusnah massal, ketelibatan Saddam dengan jaringan Al-Qaidah pimpinan Usamah Bin Ladin, sampai alasan yang sungguh sangat klise yakni membebaskan rakyat Irak dari derita rejim kejam Saddam. Ketiga alasan itu seolah menjadi sebuah legitimasi untuk menginvasi kedaulatan negara Irak. Teriakkan anak manusia sejagat tidak di dengar, ocehan PBB tak di gubrisnya, Bush bersama pasukannya tetap anteng jalan tegap menuju Irak. Hampir seluruh umat manusia marah, setiap penjuru dunia mengecam ulah arogan Amerika itu, namun rudal-rudal Amerika cukuplah sebagai bukti bahwa sifat sombong yang ada pada diri Bush sudah sangat kronis dan akut.


Akhirnya kita kembali menyaksikan di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi akan kesombongan Amerika, sungguh kita hanya bisa geram dan memendam dendam, selebihnya diam. Dan sampai kapan kita akan menyaksikan itu semua, agaknya patut disimak pernyataan seorang pejabat tinggi militer Israel, Yakoov Amidror yang mengatakan :

“Jika ingin melihat Timur Tengah yang sesungguhnya, maka Irak harus dijadikan sebagai langkah pertama bukan langkah yang terakhir,”


Akankah itu sebuah pertanda akan kesombongan demi kesombongan yang akan terus ditampakkan Amerika !. Yah benar, karena. sebentar lagi kita akan menyaksikan kembali rudal-rudal dan misil-misil Amerika menari-nari di Iran, Suriah dan entah negara manalagi yang ada dalam agenda Pentagon.


Lantas kapankah Allah akan memenuhi janji-Nya : “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dalam keadaan sombong ,sebab sifat sombong hanya akan mendatangkan kehancuran dan azab semata”.


Bush, Amerika, dan kroni-kroninya adalah simbol kesombongan abad milenium, akankah janji Allah itu akan menimpanya seperti ditimpakan pada Qorun, dan Fir’aun !

jawabannya … PASTI !,

kapan, … ENTAH !,


Dan kita hanya bisa kembali duduk manis di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi menyaksikan Paman Sam menari di panggung dunia dalam siaran eksklusif yang live dari CNN atau Al-Jazeera.///

“CIPTAKAN KEHIDUPAN BUKAN SEKEDAR HIDUP”

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.

Your successes and happiness are forgiven you only if you generously consent to share them. ~Albert Camus

[Kesuksesan dan kebahagiaan akan sangat berarti jika kau mau berbagi dengan orang lain]

Untuk dapat sekedar hidup, mungkin kita tidak perlu bersusah payah mencari peluang ataupun memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas dan manfaat diri kita. Namun sebagai mahluk yang paling spesial diantara mahluk ciptaan Allah SWT, kita berkewajiban untuk mendapatkan kehidupan yang berarti. Kita harus berupaya semaksimal mungkin. Sebuah pepatah bijak menyebutkan, “Find a meaningful need and fill it better than anyone else. Kejarlah sesuatu yang bermakna, dan gunakanlah setiap peluang yang ada secara lebih baik dari siapapun.”

Ada beberapa langkah untuk menjadikan kehidupan kita menjadi lebih berarti.

*Langkah pertama adalah memperbesar kemauan untuk belajar.

Manusia mempunyai pikiran yang luar biasa, maka gunakan pikiran tersebut untuk belajar menciptakan kemajuan-kemajuan dalam hidup.

Kita dapat belajar dari berbagai hal, diantaranya adalah belajar kepada pengalaman hidup, kegagalan, kejadian sehari-hari, orang lain dan sebagainya. Maka tingkatkan terus kemauan belajar.

*Langkah kedua supaya kehidupan kita lebih berati adalah mencoba melakukan sesuatu agar lebih dekat dengan impian yang diidamkan.

Bekerjalah lebih keras, lebih aktif atau produktif. Langkah ini sangat efektif dalam meningkatkan kemungkinan mendapatkan uang, kekayaan atau segala sesuatu yang berharga bagi manusia.

Satu hal yang patut dijadikan pedoman bahwasanya kerja keras itu bukan semata-mata mengejar 5 P, yaitu power (kekuasaan), position (posisi), pleasure (kesenangan), prestige (kewibawaan) dan prosperity (kekayaan).

Setiap usaha yang hanya berorientasi kepada lima hal tersebut memang menjamin kesuksesan atau bahkan hasil yang melimpah ruah, tetapi tidak menjamin sebuah akhir yang menyenangkan.

Di dunia ini tidak sedikit orang yang semula sangat sukses, tetapi merana di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka.

Kehidupan mereka seakan-akan tidak berarti meskipun sebelumnya sangat kaya raya. Upaya terbaik memang dapat menghasilkan kesuksesan besar, tetapi bukan berarti merupakan jaminan sebuah akhir kehidupan sebagai manusia yang penuh arti.

Karena itu langkah berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengimbangi kerja keras dengan berbuat kebaikan.

Seorang penulis pada abad 20-an yang berkebangsaan Perancis, Andre Gide, mendefinisikan kebaikan itu sebagai berikut; “True kindness presupposes the faculty of imagining as one’s own the suffering and joys of others. Kebaikan yang sesungguhnya adalah kemampuan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan orang lain.”

Kerja keras yang diimbangi dengan berbuat kebaikan akan menghasilkan semangat yang tinggi untuk mendapatkan lebih dari apa yang dibutuhkan. Hal itu terdorong oleh keinginan untuk dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Pada akhirnya kebaikan tersebut berpengaruh positif terhadap semangat hidup, motivasi, dan kemajuan sikap dan ekonomi. James Allen, penulis buku berjudul As a Man Thinketh mengatakan, “Pemikiran serta perbuatan baik tidak mungkin mendatangkan hasil yang buruk; pemikiran dan perbuatan buruk tidak mungkin mendatangkan hasil baik.”

Dengan belajar, bekerja keras dan berbuat kebaikan maka kita akan dapat menciptakan kehidupan yang jauh lebih berarti.

Langkah-langkah sebagaimana dijelaskan diatas terbukti juga sangat efektif menjadikan kesan positif tentang diri kita tidak mudah dilupakan orang. Saya meyakini bahwa kita masih mempunyai banyak kesempatan dan potensi untuk mendapatkan kehidupan berharga itu dimanapun dan apapun pekerjaan kita. 

Wassalam..