Rabu, 18 Mei 2011

CERMIN WANITA SHALIHAH

ASSALAMU'ALAYLUM WARAHMATULLAH WABARAKAATUH.


Sungguh mulia wanita shalihah. Yaitu, wanita yang menjaga ketaatannya pada aturan-aturan Allah dan rasul-Nya. Setiap untaian kata dan perbuatannya bernilai bagaikan untaian intan yang bermutu tinggi. Ia juga selalu menjaga akhlaknya, terutama sifat malu. Karena ahlak mulia tersebut mencerminkan kekokohan imannya dan kemampuannya menjaga diri (iffah).


Malu adalah akhlak indah dan terpuji. Sifat ini juga cerminan dari kesempurnaan budi pekerti dan perhiasan yang anggun. Sungguh indah jika malu ini menghiasi seorang muslimah. Sifat malu dapat memadamkan keinginan untuk berbuat tercela. Juga menahan keinginan menampilkan perhiasan dan auratnya bagi lelaki yang bukan mahramnya. Sungguh benar sabda Rasulullah SAW bahwa malu merupakan bagian yang penting daripada iman.


“Iman terdiri dari tujuh puluhan atau enampuluhan cabang. Cabang yang paling utama adalah mengucapkan Lailaha illallah. Yang paling bawah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu juga termausk cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Ketika sifat malu hilang dari seseorang, dia mudah melakukan berbagai pelanggaran dan tidak segan untuk bermaksiat. Misalnya, tabarruj dan mengumbar aurat secara terang-terangan. Padahal, aurat adalah sesuatu yang seseorang harus merasa malu jika tersingkap.


Pada zaman dahulu, para shahabiyah adalah wanita yang begitu menjaga kehormatan mereka. Aisyah, istri Rasulullah SAW, bahkan punya rasa malu yang luar biasa. Aisyah terbiasa berziarah ke makam Rasulullah SAW, yang berada di dalam kamarnya, tanpa berhijab. Ketika ayah beliau, Abu Bakar wafat dan dikebumikan di sebelah makam rasul, Aisyah masih leluasa berziarah tanpa mengenakan jilbab. Tapi, kebiasaan itu berubah ketika Umar dikuburkan di kamarnya bersebelahan dengan makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Setiap kali masuk ruangan itu, beliau mengenakan hijab secara lengkap. Hal itu dikarenakan Umar bukan muhrim bagi Aisyah. Meskipun Umar telah meninggal dan berada di dalam tanah.


Begitu pula ketika ada seorang pria buta yang datang untuk berkonsultasi dengan beliau. Balutan jilbab syar’i yang lengkap menutupi beliau selama menjawab pertanyaan pria ajnabi tersebut. Lalu seseorang bertanya kepada beliau, kenapa harus berjilbab padahal orang tersebut buta? Aisyah justru balik bertanya, “Ia memang tidak bisa melihat. Tapi, apakah saya buta?”


Selain itu ada Sayyidah Fatimah Az-Zahra, shahabiyah panutan kaum muslimah, beliau adalah orang yang pertama membuat keranda bagi jenazah. Pada waktu itu, memang masih umum pelayat takziyah mengusung mayat tanpa keranda seperti yang kita kenal hari ini.


Fatimah binti Rasulullah merasa bahwa ajalnya telah dekat. Karena Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa beliaulah anggota keluarga yang pertama kali menyusulnya wafat. Putri Rasulullah SAW yang juga istri Ali Bin Abi Thalib ini berpesan kepada Asma’ binti Umais, yang hampir setiap hari menjenguknya. “Saya kurang senang atas apa yang diperbuat terhadap wanita jika meninggal. Mereka hanya ditutupi dengan kain, sehingga bentuk badannya terlihat,” kata Fatimah kepada Asma’, istri Abu Bakar As-Shiddiq.


“Apakah engkau mau aku tunjukkan sesuatu yang pernah aku lihat di Habasyah.” ujar Asma’ yang pernah hijrah ke negeri tersebut.


Asma’ lalu membuat semacam keranda. Kerangkanya terbuat dari pelepah kurma, sedangkan bagian luarnya ditutup dengan kain. Dengan begitu, jenazah yang dibawa dengan keranda itu tidak terlihat dari luar. Begitu Fatimah melihat keranda itu, beliau sangat gembira hingga tertawa. Beliau lalu berpesan, “Nanti, jika saya meninggal, kamu dan suamiku, Ali yang akan memandikanku, dan jangan ada orang lain yang ikut memandikanku. Setelah itu, buatkan keranda seperti itu untukku.”


Menutup aurat adalah ketetapan mutlak dari Allah SWT. Dalam sebuah ayat disebutkan (artinya), “Dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.” (QS. An-Nur: 31).


Perhiasan atau az-ziynah yang diperintahkan untuk ditutup dengan hijab termasuk hingga anggota tubuh yang tersembunyi seperti telinga, leher, rambut, tangan, dan betis. Ketetapan ini demi menjaga penampilan wanita muslimah agar lebih terhormat. Dan juga untuk membedakannya dari wanita non muslim atau wanita fajir.Selain itu, hendaknya wali dari seorang muslimah, semisal ayah, saudara lelaki atau suami, ikut menjaga. Tumbuhkan rasa ghirah jika menyaksikan istri, saudari atau putrinya keluar rumah tanpa menutup aurat mereka dengan hijab yang syar’i. Karena berhijab itu karena menjalankan perintah Allah bukan karena ingin mengikuti tren fashion yang sedang digandrungi.


Hukum Syariah memerintahkan agar wanita memilih pakaian yang dapat menutup tubuh dan menyembunyikan warna kulit. Bukan pakaian modis nan seksi yang mengumbar bagian tubuh tertentu. Selain itu juga menghindari warna yang mencolok, karena itu mengundang perhatian orang banyak. Banyak yang mengatakan bahwa wanita akan tampak menarik dengan berbagai aksesoris dan balutan busana yang pas di badan, apa lagi bila busana yang dikenakan mengikuti lekuk bentuk tubuh yang memakainya. Gaya busana seperti itu sesungguhnya adalah gaya wanita jahiliyah. Konon wanita pada zaman itu suka memamerkan wajah ayunya, mengurai rambut hingga terlihat leher yang jenjang dan perhiasannya. Bersuara manja dan serak-serak basah untuk menarik perhatian. Namun aneh bin ajaib, justru gaya kuno tersebut yang ditiru oleh manusia modern hari ini. Naudzu billah.


SEMOGA BERMANFAAT..

5 Tingkatan Ukhuwah

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.


Islam menjadikan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai dasar bagi aktifitas perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia. Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak akan kuat dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya.
Perpecahan dikalangan umat dewasa ini terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh.


Allah SWT berfirman, ketaatan beribadah dan ketakwaan sebagai solusi dari perpecahan umat. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
(QS. Al-Hujurat:10)
Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah islamiyah antara lain ada 5 :


1. Ta’aruf (Saling Mengenal) : ini adalah tingkatan yang paling dasar dalam ukhuwah. Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Seoerti kalau kita kenalan dengan orang pertama kalinya, kita tanya alamat, no HP dsb


2. Tafahum (Saling Memahami) : proses ini berjalan secara alami. Seperti bagaimana kita memahami kekurangan dan kelebihan saudara kita. Sehingga kita bisa tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai, menempatkan posisi seperti apa bila kita bersamanya dsb.


3. Ta’awun (Saling Menolong) : lahir dari proses tafahum tadi. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal ( saling Bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Karena manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan org lain.


4. Takaful (Saling Menanggung) : rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Ketika ada saudara yang mempunyai masalah, maka kita ikut menanggung dan menyelesaikan masalahnya tersebut. Contoh mudah nya, ketika teman kita belum mampu membayar SPP bulan ini, maka kita menanggung biaya nya tersebut. Dsb.


5. Itsar (Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri) : ini adalah tingkatan tertinggi dalam ukhuwah. Tingkatan iman nya para sahabat. Banyak hadist yang menunjukkan itsar ini. Seperti ketika dalam suatu perang, salah seorang sahabat sangat kehausan. Kebetulan ia hanya tinggal mempunyai 1 kali jatah air untuk minum. Saat akan meminum nya, terdengar rintihan sahabat lain yang kehausan. Maka air tersebut ia berikan kepada sahabat yg kehausan itu. Saat mau meminumnya terdengar sahabat lain lagi yang merintih kehausan. Kemudian ia berikan air tersebut kepada sahabat itu. Begitu seterusnya sampai air tersebut kembali kepada si pemilik air pertama tadi. Akhirnya semua syahid.


Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri (HR. Bukhari-Muslim).


Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Bila umat islam melakukannya, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan islam ini.


wallahu ta’ala a’lam bisshawab.


SALAM UKHUWAH FILLAH..^_^

Jumat, 06 Mei 2011

RENUNGAN UNTUK MUSLIMAH

Aku bukan Muslimah yang baik.....
ketika muslimah lain sibuk membaca dan mentabburi Al-Qur'an,
aku sibuk mendengarkan lagu picisan yang tak membuatku semakin dekat dengan-NYA.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain sedang sibuk sedang sibuk menambah hafalan-hafalan ayat-Nya,
aku malah asik menghafal lagu-lagu yang melalaikan aku dari-Nya.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain makin memanjangkan jilbabnya,
aku malah semakin risih dengan jilbab panjang.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain sibuk menuntut ilmu-Nya,
aku malah sibuk dengan urusan dunia yang membuat jauh jarak dengan-Nya.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain malu menampakkan wajah dan fotonya,
aku malah sibuk meng-upload foto-fotoku agar bisa dilihat semua orang.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain berusaha menundukkan pandangannya,
aku malah sibuk memperhatikan wajah tampan yang bukan mahramku.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain menjaga hubungan dan jarak dengan lawan jenisnya,
aku malah duduk berdekatan dengan pria.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain berbincang tentang hal-hal yang bermanfaat,
aku malah membicarakan aib dan jejelekan orang lain.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain menjaga kata-katanya dengan baik,
aku malah sering menyakiti hati orang lain dengan lisanku.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain belajar untuk terus mempercantik hati dan akhlaknya,
aku lebih asyik memperindah fisikku saja.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain sedang berpuasa sunnah,
aku
lebih memilih selalu mengenyangkan perutku.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketikak muslimah lain bangun disepertiga malam untuk bermunajat pada-Nya,
aku lebih memilih berselimut dan tidur sepuasnya.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain sibuk untuk berda'wah dijalan-Nya,
aku lebih memilih santai dan menonton TV dirumah.
Aku bukan muslimah yang baik.....
Ketika muslimah lain sibuk ingin mendapatkan ridho dan cinta-Nya,
aku malah sibuk ingin mendapatkan sanjungan dan cinta makhluk-Nya saja.
Aku bukan muslimah yang baik......
Ketika muslimah lain gelisah disaat imannya menurun,
aku malah semakin lalai dengan dunia.

Ya....
Aku memang bukan muslimah yang baik,
namun aku berharap bisa menjadi seperti muslimah lain yang beristiqomah berjuang untuk mendapatkan cinta-Nya.

Ya Rabb ampuni muslimah yang tidak baik ini,
semoga Engkau senantiasa membimbing muslimah tidak baik ini agar menjadi lebih baik dihadapan-Mu....
Aamiin ya Rabb, T___T

INDAHNYA UKHUWAH, MANISNYA IMAN

Bismillaahir rahmaanir rahiim
Assalamu'alaykum warahmatullaah wabarakaatuh.

UKHUWAH ISLAMIYAH
Satu karunia , cahaya, dan nikmat ilahiyah yang dituangkan oleh Allah ke dalam hati hambanya yang ikhlas, para wali pilihan dan orang2 yang bertaqwa kepada-Nya

UKHUWAH
Kekuatan iman dan spiritual yang melahirkan perasaan yang dalan terhadap kasih sayang, mahabbah (kecintaan), kemuliaan, dan rasa saling percaya sesama manusia.

Saudaraku seiman dan seagama.., Banyak sekali cara agar ukhuwah kita bisa terjaga, dan kita bisa membuatnya semakin indah, dan hati kita tenang rasanya.
1. memberitahukan rasa kecintaan kita terhadap saudara kita
2. mohon didoakan dari jauh saat berpisah
3. tunjukan senyum
4. berjabat tangan
5. mengunjungi saudara kita (silaturahmi)
6. mengucapkan selamat ketika mempunyai hajat
7. saling memberi hadiah
8. perhatian
9. memperhatikan hak2 kita terhadap saudara kita

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia. Jika dia sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)

Enam Perusak Ukhuwah

Mengingat kedudukan ukhuwah islamiyah yang sedemikian penting, maka memeliharanya menjadi sesuatu yang amat ditekankan. Disamping harus mengecek kebenaran suatu berita buruk yang menyangkut saudara kita yang muslim, ada beberapa hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah bisa tetap terpelihara. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokan wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [QS Al-Hujurat (49): 11-12]

Dari ayat di atas, ada enam hal yang harus kita hindari agar ukhuwah islamiyah tetap terpelihara: Pertama, memperolok-olokan, baik antar individu maupun antar kelompok, baik dengan kata-kata maupun dengan bahasa isyarat karena hal ini dapat menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan dan permusuhan. Manakala kita tidak suka diolok-olok, maka janganlah kita memperolok-olok, apalagi belum tentu orang yang kita olok-olok itu lebih buruk dari diri kita. Kedua, mencaci atau menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, apalagi bila kalimat penghinaan itu bukan sesuatu yang benar. Manusia yang suka menghina berarti merendahkan orang lain, dan iapun akan jatuh martabatnya.

Ketiga, memanggil orang lain dengan panggilan gelar-gelar yang tidak disukai. Kekurangan secara fisik bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk memanggil orang lain dengan keadaan fisiknya itu. Orang yang pendek tidak mesti kita panggil si pendek, orang yang badannya gemuk tidak harus kita panggil dengan si gembrot, begitulah seterusnya karena panggilan-panggilan seperti itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Memanggil orang dengan gelar sifat yang buruk juga tidak dibolehkan meskipun sifat itu memang dimilikinya, misalnya karena si A sering berbohong, maka dipanggillah ia dengan si pembohong, padahal sekarang sifatnya justru sudah jujur tapi gelar si pembohong tetap melekat pada dirinya. Karenanya jangan dipanggil seseorang dengan gelar-gelar yang buruk.

Keempat, berburuk sangka, ini merupakan sikap yang bermula dari iri hati (hasad). Akibatnya ia berburuk sangka bila seseorang mendapatkan kenimatan atau keberhasilan. Sikap seperti harus dicegah karena akan menimbulkan sikap-sikap buruk lainnya yang bisa merusak ukhuwah islamiyah. Kelima, mencari-cari kesalahan orang lain, hal ini karena memang tidak ada perlunya bagi kita, mencari kesalahan diri sendiri lebih baik untuk kita lakukan agar kita bisa memperbaiki diri sendiri. Keenam, bergunjing dengan membicarakan keadaan orang lain yang bila ia ketahui tentu tidak menyukainya, apalagi bila hal itu menyangkut rahasia pribadi seseorang. Manakala kita mengetahui rahasia orang lain yang ia tidak suka bila hal itu diketahui orang lain, maka menjadi amanah bagi kita untuk tidak membicarakannya.
Menanam dan Merawat Ukhuwah

Menumbuhkan Ukhuwah Islamiyah bukanlah hal yang mudah. Ukhuwah tidak bisa dibeli atau dibuat secara instant (biarpun dengan do’a), namun ia harus ditanam hati-hati dengan pemikiran (tsaqafah) Islam yang jernih; lalu dipupuk, disiram dan dijaga dari hama dengan amal-amal Islam yang tulus dalam kerangka sistem Islam.

Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (Pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu'min. Dan Yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Anfaal:62-63)

Contoh pemikiran Islam yang terbukti telah mampu menumbuhkan ukhuwah pada dimensi global adalah semangat egaliter dalam Islam:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Qs. Al-Hujurat:13)

Sedang contoh amal Islam yang diajarkan untuk merawat ukhuwah dari hari ke hari misalnya:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Qs. Fushilat:34)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Hujurat:11)

Masih banyak amalan-amalan praktis sehari-hari yang diajarkan Rasulullah yang mampu menanam dan merawat ukhuwah, dan menjadikan manusia merasakan sejuknya ukhuwah Islamiyah. Yang jelas, ukhuwah ini baru akan produktif menjawab segala masalah bila kita jadikan sistem Islam sebagai al-miqyas (tolok ukur) dalam segenap amalan kita, baik yang sifatnya individual maupun sosial.
Wallahu ‘alam bis shawab.

MENCAPAI HATI YANG ISTIQAMAH

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh.

Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan.
Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, “Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan.”

Oleh karena itu, hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Yaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah SWT. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.

Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.”

Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya: pertama, meletakkan cinta kepada Allah SWT di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.

Padahal, Allah SWT telah menegaskan bahwa siapa yang lebih mencintai sesuatu selain Allah, maka ia justru akan tersiksa dengan rasa cintanya itu. Siapa yang takut karena selain Allah, maka ia justru akan dikuasai oleh rasa takutnya itu. Siapa yang sibuk dengan selain Allah, maka ia akan mengalami kebosonan dan siapa yang mendahulukan yang lain daripada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan keberkahan dari-Nya.

Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah.” Ulama dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, “Mengapa kalian tidak takut akan kebesaran Allah.”

Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.

Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah. Dzikir adalah wasiat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan wasiat Rasulullah kepada ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik darinya.” (HR Bukhari).

Keempat, Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.

Allah SWT berfirman, “Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran) bagi orang yang memiliki akal, ….”

Kelima, senantiasa berpikir tentang kebesaran ciptaan Allah. Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar. Dengan memikirkan ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan Allah terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah) permisalan itu. Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka tidak akan mampu untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka berkumpul bersama�.”

Demikianlah beberapa hal yang akan mengantarkan kita kepada hati yang istiqamah. Dan mudah-mudahan saja kita bisa mendapatkannya.