Jumat, 11 Maret 2011

Sebuah Refleksi Tentang Kesombongan Anak Manusia

Aslamu'alaikum...


DALAM kitab suci Al-Qur’an disitu dikisahkan bahwasannya perbuatan dosa pertama yang dilakukan oleh makhluk terhadap Khaliknya adalah sifat sombong atau arogan, hal itu dapat kita lihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 34, dimana pada saat itu Allah menyuruh semua makhluk ciptaan-Nya untuk “bersujud” kepada Adam; seorang anak manusia yang baru pertama diciptakan, semua makhluk bersujud kecuali Iblis. Ketidakpatuhan ini didasarkan atas keangkuhan dirinya yang menganggap bahwa dia lebih mulia dari makhluk sejenis manusia, dan masih menurutnya bahwa api lebih mulia kedudukannya dibandingkan dengan tanah, maka atas dasar ‘dalil’ tersebut pantang bagi Iblis untuk bersujud kepada Adam. Oleh karena itulah Allah mengusir Iblis dari taman surga dan memvonisnya sebagai penghuni neraka untuk selama-lamanya.


Penggalan kisah diatas merupakan sejarah yang memiliki makna mendalam, seperti halnya sejarah yang silih berganti terjadi, dan bahwa realita memberi bukti bahwasannya sejarah akan kembali terulang namun tentunya dengan pelaku, tempat serta waktu yang berbeda; Dejavu. Dalam perjalanan hidup manusia nyata-nyata sifat sombong menjadi pemicu kerusakan di muka bumi ini, sebuah hadist mengatakan : “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada perasaan sombong walaupun hanya sebesar debu”. Hadist tersebut seakan hendak memperingatkan kepada kita bahwa kesombongan akan merugikan diri, mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa pada jaman nabi dahulu, Qorun misalnya, seorang manusia yang sangat kaya dengan bergudang-gudang kekayaan, tumpukan hartanya merupakan simbol dari kesuksesannya, sehingga dengan begitu angkuh dia mengatakan bahwa segala apa yang telah didapatkannya adalah karena usaha dia semata-mata, dia menyangsikan Allah yang maha kaya, karena kesombongannya itulah Tuhan membenamkan dia bersama seluruh hartanya ke dasar bumi untuk selama-lamanya.


Pun halnya dengan Raja Fir’aun atau Pharao Rhamses II, yang dengan sungguh sangat sombong menobatkan diri sebagai raja diraja Tuhan manusia, seorang pendewa tahta dan kekuasaan yang lupa pada hakekat diri yang sesungguhnya, karena keangkuhannyalah dia tenggelam kedasar samudera yang kelam, seorang “Tuhan” tenggelam, sungguh menghinakan bukan !.


Bumi pun berputar dan waktu terus berlalu, dunia pun kini telah memasuki babak baru; era modernisasi. Namun sifat sombong seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri, kesombongan individual maupun kesombongan konstitusional telah menciptakan berbagai kehancuran dimuka bumi ini. Perang Dunia II misalnya, berapa taksiran kerugian materil dan immateriil yang diakibatkan, jutaan bahkan ratusan juta nyawa manusia mati sia-sia, berbagai infra struktur hancur luluh lantak. Padahal itu semua diakibatkan oleh ulah segelintir orang sombong yang memiliki kepentingan pribadi atau golongan, sebutlah segelintir orang-orang itu Bennito Mussolini, Josef Stalin, Lenin, Mao Tse Tung, Pol Pot, atau Adolf Hitler. Lantas apa yang kemudian mereka dapatkan setelah itu, hanyalah segudang penghinaan dari generasi selanjutnya sebagai penjahat perang yang tak berprikemanusiaan dan haus darah; mereka mati tanpa kehormatan yang dulu menjadi simbol eksistensinya.


Lalu, siapakah penerus mereka di era milenium dewasa ini, dengan kata lain siapa orang tersombong selanjutnya diatas alam fana ini. Agaknya kita sepakat untuk mengalamatkan julukan ini kepada seorang cowboy Texas bernama George Walker Bush. Siapakah Bush ?, dia hanyalah seorang mantan alkoholik dan pemakai madat yang gagal menjadi juragan minyak. Namun karena hegemoni ayahnya dia naik tahta menjadi orang nomor satu di Amerika bahkan mungkin di dunia.


“Like Father Like Son” atau “Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya” agaknya pepatah-pepatah itu sangat pas dialamatkan kepada kedua Bush ini. Masih tersimpan dalam ingatan kita 11 tahun silam, saat Bush senior dengan langkah arogan mengusir pasukan Saddam Hussein untuk keluar dari Kuwait. Saat itu dunia “setuju” karena Saddam dinilai telah menginvasi negeri jirannya itu. Karena ulah kesombongan pemimpinnya itu rakyat Irak harus hidup menderita selama bertahun-tahun dibawah embargo ekonomi PBB.


Sejarah pun terulang, Bush junior mulai lantang menunjukkan arogansi individual serta arogansi konstitusionalnya secara terang-terangan kepada dunia, ini semua dimulai dengan peristiwa 11 September 2001, ketika simbol prestisius Paman Sam luluh rantak, Amerika marah besar, malu dan merasa terhinakan, tak ada kata lain selain balas dendam, maka ditentukanlah target sasarannya, yakni TERORISME !, apa terorisme dan siapakah para teroris itu ?, sampai detik ini tak ada acuan baku yang mengartikan makna terorisme baik secara terminologis maupun etimlogis yang universal, maka jadilah arti terorisme itu hanya untuk Amerika sendiri. Maka dengan berlencana-kan polisi dunia dan berbendera-kan perdamaian dunia, Amerika melalui tangan Bush menabuh genderang perang keseluruh penjuru raya, dan mulailah agenda balas dendam yang sarat kesombongan itu direka.


Korban pertama adalah negeri miskin kering kerontang Afghanistan, Amerika mentasbih pemerintahan berkuasa di Afganistan yakni Taliban melindungi pelaku 11 September yakni Usamah Bin Ladin, sebuah hipotesa yang terlalu tergesa-gesa dan minim fakta. Namun Amerika tetap yakin bahwa Usamah pelaku teror itu, sehingga perangpun digelar di tanah para mujahidin itu.


Lihatlah bagaimana sombongnya seorang anak manusia bernama Bush yang mengatakan “Ikut Amerika atau ikut teroris”, tak pelak lagi kritik pedas pun mengalir padanya. Seorang pengamat strategi Uni Emirat Arab, Mayjen Yassin Smeid misalnya, dia mengatakan Bush tak ubahnya dengan Hitler dengan pernyataan tersebut, karena hanya ada dua pimpinan negara yang mengatakan hal itu di dunia, yakni George Walker Bush dan Adolf Hitler.


Tak sampai hitungan bulan, Taliban pun jatuh, Amerika “menang”, meskipun buruannya hingga saat ini seolah ditelan bumi menjadi misteri. Namun rupanya Bush seorang vampir haus darah, belum kering darah yang mengalir di tanah Afghanistan, kini dia mengincar target selanjutnya yang tak lain adalah musuh bapaknya dulu, yakni negeri 1001 malam Irak, dimana Saddam Hussein masih berkuasa di sana. Bush geram, Amerika pun kembali membuat skenario, mulai dari masalah kepemilikan senjata pemusnah massal, ketelibatan Saddam dengan jaringan Al-Qaidah pimpinan Usamah Bin Ladin, sampai alasan yang sungguh sangat klise yakni membebaskan rakyat Irak dari derita rejim kejam Saddam. Ketiga alasan itu seolah menjadi sebuah legitimasi untuk menginvasi kedaulatan negara Irak. Teriakkan anak manusia sejagat tidak di dengar, ocehan PBB tak di gubrisnya, Bush bersama pasukannya tetap anteng jalan tegap menuju Irak. Hampir seluruh umat manusia marah, setiap penjuru dunia mengecam ulah arogan Amerika itu, namun rudal-rudal Amerika cukuplah sebagai bukti bahwa sifat sombong yang ada pada diri Bush sudah sangat kronis dan akut.


Akhirnya kita kembali menyaksikan di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi akan kesombongan Amerika, sungguh kita hanya bisa geram dan memendam dendam, selebihnya diam. Dan sampai kapan kita akan menyaksikan itu semua, agaknya patut disimak pernyataan seorang pejabat tinggi militer Israel, Yakoov Amidror yang mengatakan :

“Jika ingin melihat Timur Tengah yang sesungguhnya, maka Irak harus dijadikan sebagai langkah pertama bukan langkah yang terakhir,”


Akankah itu sebuah pertanda akan kesombongan demi kesombongan yang akan terus ditampakkan Amerika !. Yah benar, karena. sebentar lagi kita akan menyaksikan kembali rudal-rudal dan misil-misil Amerika menari-nari di Iran, Suriah dan entah negara manalagi yang ada dalam agenda Pentagon.


Lantas kapankah Allah akan memenuhi janji-Nya : “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dalam keadaan sombong ,sebab sifat sombong hanya akan mendatangkan kehancuran dan azab semata”.


Bush, Amerika, dan kroni-kroninya adalah simbol kesombongan abad milenium, akankah janji Allah itu akan menimpanya seperti ditimpakan pada Qorun, dan Fir’aun !

jawabannya … PASTI !,

kapan, … ENTAH !,


Dan kita hanya bisa kembali duduk manis di depan televisi sambil menikmati secangkir kopi menyaksikan Paman Sam menari di panggung dunia dalam siaran eksklusif yang live dari CNN atau Al-Jazeera.///

Tidak ada komentar:

Posting Komentar